Mariang Polong Ri Benteng Somba Opu Yang Dikeramatkan

Kisah Negeri Ratusan Meriam Yang Musnah Ditangan Kolonial

Wisata Holik - Sebuah catatan perang menunjukkan bahwa ada 272 pucuk meriam besar dengan berbagai ukuran pada saat Belada berhasil menguasai Benteng Somba Opu dari kerajaan Gowa pada 24 Juni 1669, termasuk salah satunya meriam Legenda bernama "Meriang Anak Makassar" (Meriam Anak Makassar) dirampas oleh Belanda.

Meriam anak Makassar adalah sebuah jagur seukuran 500 Kg dengan panjang 6 meter yang menjadi momok paling menakutkan bagi Belanda selama masa kekuasaan Sultan Hasanuddin. Sebuah cerita yang dituliskan dalam banyak kisah dalam prosa dan karya sastra lain yang menceritakan jika perang Masalembo.

Meriam ini selalu menjadi benteng pertahanan terakhir dari Makassar alah meriam yang dipesan oleh kerajaan Gowa dari Denmark pada tahun 1593. Diameter dan jangkauan yang cukup besar sehingga setiap kali memuntahkan peluru, suara menggelegar akan teredengar di segenap wilayah Makassar sehingga meriam ini dikenal dengan dengan nama Meriam Keramat.

Namun ketika Benteng Somba Opu hampir rata dengan tanah, Seluruh pucuk meriam dimusnakan oleh Kolonial Belanda. Tidak ada laporan mengenai pengahnucran meriam anak Makassar oleh Kolonial, sehingga banyak pihak yang percaya jika meriam tersebut masih ada hingga hari ini, tapi tidak ada satupun orang yang mengetahui dimana rimbanya. Catatan terkahir menunjukkan bahwa meriam terbesar se Asia ini dipindahkan ke Batavia lalu dibawa kemana-mana guna keperluan perang dan sampai hari ini raib entah kemana.

Meriam Polonga ri Benteng Somba Opu

Saat ini rekonstruksi kawasan Benteng Somba sudah dilakukan dan menjadi pusat kawasan wisata budaya kerajaan Gowa yang terletak di Kabupaten Gowa. Di dalam benteng terdapat dua buah Jagur yang masih disaksikan, salah satuhnya dipasang di depan Mueum Karaeng Pattingalang sebagai aksesoris yang didapatkan dari bagian narat bekas Benteng Somba Opu. Meriam tersebut bukanlah meriam pengawal Benteng Somba Opu dan tidak catatan lengkap, hanya saja seorang warga secara tidak sengaja menemukan meriam tersebut di jalan Ince Nurdin, Kota Makassar yang berjarak sekita 10 Km dari Benteng Somba Opu.

Meriam ini kemudian dipajang di depan Museum karaeng Pattingalloangm di dalam lokasi Benteng Somba Opu. Sebuah dudukan rancangan H. Mohctar Ibrahim Dg Naba dari STM Pembangunan Ujungpandang pada tahun 1991 digunakan untuk meletakkan meriam hingga hari ini.

Sisanya adalah sebuah meriam dengan lebih dari 1 meter. Bentuk meriam ini sisa bagian moncong ke belakang, sedangkan pangkalnya hilang alias patah. Karena itu pula meriam ini di beri nama mariang Polonga. 

Benteng Somba dna sejaranh wisata kota makassar


Menurut cerita penduduk, Meriah ini sudah ada dari dulu kala di dekat sebuah makam yang ada berjarak 15 meter dari Museum Karaeng Pattingaloang. Untuk menjaganya dari tangan-tangan jahil, sebuah gardu permanen kemudian di bangun di atasnya. Tidak ada kepastian siapa yang ada di pusara tersebut, namun banyak orang yang percaya bahwa makan tersebut adalah makam dari keluarga Raja Gowa terdahulu, namun kebenaran berita belum bisa dikonfirmasi oleh pihak museum.

Ceritas Mistis di balik Meriam Polonga

Ada yang unik dari Meriam ini yakni kondisinya selalu ramai oleh para peziarah, terutama sejak sore sampai malam hari. Intensitas dan kuantitas peziarah semakin meningkat ketika malam Kamis dan Malam Jum'at. Para Pengunjung juga ramai dari kota Makassar dan kabupaten Gowa terutama orang -orang berusia lebih dari 40 tahun. Mereka membawa bunga, panda dan lilin merag kemudian dinyalakan di atas meriam.

Konon pada tahun 70-an, sebelum eskavasi dilakukan d lkasi Benteng Somba Opu, sekelompok orang berinisiatif untuk memindahkan Meriam tersebut dari Benteng Somba Opu, ke wilayah Balang Baru sekitar 3 kilometer dari arah utara Benteng, namun selang berapa lama mereka semua terserang sakit dan meninggal, orang-orang di Balang Baru kemudian memindahkan lagi Meriam tersebut ke tempatnya semula.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel