Melintasi Sejarah dan Wisata Religius Aceh di Masjid Raya Baiturrahman Aceh
Thursday, February 1, 2018
Edit
Masjid Raya Baiturrahman Aceh
Wisata Holik - Sebagai Ibu Kota Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh menyimpan banyak catatan sejarah perjalanan masyarakat Aceh. Salah satu bukti dari perjalanan panjang masyarakat Aceh dapat diketahui dari beberapa bangunan dan prasasti yang ada di wilayah Banda Aceh. Karena memiliki nilai sejarah yang sangat berharga, bangunan bersejarah di Aceh tidak hanya dijadikan sebagai sumber belajar dan penelitian, melainkan juga telah dinikmati sebagai destinasi wisata yang memikat bagi wisatawan. Umumnya wisatawan yang berkunjung ke Aceh tertarik akan kecantikan arsitekturnya serta kisah yang ada di balik berdirinya sebuah bangunan bersejarah.
Karena merupakan ikon dari Provinsi Aceh, maka pemerintah selalu berupaya memperindah masjid ini. Pada beberapa tahun silam, masjid ini dikatakan mirip dengan bangunan masjid Taj Mahal yang ada di India, dengan bertautnya antara kubah, menara dan kolam yang terbentang di depan masjid. Namun, pada saat ini masjid ini dikatakan menyerupai masjid Nabawi yang ada di Arab. Hal ini dikarenakan adanya jajaran payung besar yang berada di sisi kiri dan kanan kolam masjid. Apabila malam hari kecantikan masjid ini bertambah berkali lipat karena, payung-payung tersebut terbuka, pesona kecantikan masjid ini pun akan bertambah karena adanya perpaduan warna-warni lampu-lampu yang ada di sekitar masjid ini.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperindah masjid Raya Baiturrahman ini, semata-mata ditujukkan bagi masyarakat Aceh. Pemerintah mengharapkan, masyarakat Aceh dapat beribadah secara nyaman di masjid ini. Bahkan pemerintah juga mengharapkan masjid ini dapat menjadi pusat kajian islam di Aceh dan di Indonesia. Selain itu, masjid ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Aceh untuk berbagai kegiatan dan juga menjadi salah satu destinasi wisata.
Bagi Anda yang bermaksud berwisata ke Aceh dan mengunjungi masjid ini, berikut ini Wisata Holik akan membahas beberapa informasi mengenai masjid kebanggaan Aceh ini, sehingga dapat menjadi salah satu referensi bagi Anda untuk berkunjung ke masjid ini.
1. Lokasi dan Akses menuju Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman memang memiliki daya tarik tersendiri hingga membuat banyak wisatawan tertarik untuk mengunjunginya. Tidak sedikit wisatawan dari luar Aceh yang menginginkan untuk berkunjung ke masjid indah ini. Bagi Anda yang berada di wilayah yang dekat dengan Banda Aceh akan sangat mudah mengakses lokasi masjid ini. Karena masjid ini tepat berada di kota Banda Aceh yang merupakan ibu kota Nanggroe Aceh Darussalam, tepatnya masjid ini berada di Jalan Sultan Iskandar Muda, Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Kunjungi Juga : Lokasi-lokasi Wisata Aceh.
Jika Anda berada di sekitar Banda Aceh, maka untuk dapat sampai ke masjid ini, Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan transportasi umum seperti labi-labi, bentor atau taksi. Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi, dari arah Jalan Sulaeman Daud, Anda berbelok ke kiri menuju Jalan Nyak Adam Kamil 5, kemudian belok kiri lagi menuju Jalan Sultan Iskandar Muda, ikuti jalan ini hingga Anda menemukan masjid ini.
Namun, jika Anda menggunakan transportasi umum, seperti labi-labi. Anda dapat menggunakan labi-labi nomor 5 jurusan Terminal Punge-Ulee Lheu. Anda dapat menemukan labi-labi di pangkalan yang berada di Terminal Keudah di dekat Baiturrahman, tarifnya sekitar Rp 5.000. Namun, jika Anda menggunakan bentor atau taksi tarifnya sekitar Rp 20.000-25.000.
Jika Anda berasal dari luar kota, seperti Jakarta, Anda dapat menggunakan transportasi darat, laut maupun udara. Apabila Anda menggunakan transportasi udara, maka Anda akan sampai di Bandara Sultan Iskandar Muda. Bandara Sultan Iskandar muda sendiri merupakan bandara yang melayani perjalanan domestik maupun internasional. Untuk penerbangan domestic, bandara Sultan Iskandar Muda dihubungkan dengan beberapa kota di Indonesia seperti Medan dan Jakarta. Sedangkan, untuk penerbangan internasional, Banda Aceh dihubungkan dengan penerbangan ke Penang dan Kuala Lumpur.
Dari Bandara Sultan Iskandar Muda, untuk dapat sampai ke masjid Raya Baiturrahman, Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Jika Anda menggunakan kendaraan umum, Anda dapat menggunakan bus Damri atau taksi. Jika Anda hendak menggunakan bus Damri, maka Anda harus bergegas keluar bandara karena bus Damri tidak beroperasi setiap saat, melainkan hanya saat ada penerbangan saja. Penerbangan di Aceh ini tidak terlalu ramai, maka jika Anda tertinggal bus Damri, Anda perlu menunggu adanya pesawat yang mendarat berikutnya. Namun, jika Anda ingin menggunakan transportasi umum Anda dapat menggunakan taksi atau labi-labi yang juga berada di luar area bandara.
2. Masjid Raya Baiturrahman Aceh: Lebih dari Tempat Ibadah
Menyusuri masjid Raya Baiturrahman sambil menikmati keindahan arsitektur masjid, akan menjadi pengalaman yang berkesan bagi Anda. Pada awalnya masjid ini dibangun sesuai dengan karakter masjid-masjid lainnya yang ada di Indonesia pada masa itu, yakni dengan atap berbentuk limas yang tersusun empat. Namun, pada saat ini masjid yang awalnya sederhana tersebut, tampak lebih megah. Di area masjid ini Anda akan menemukan adanya dua belas payung raksasa elektrik yang menaungi lantai marmer yang pada mulanya merupakan hamparan lapang. Di antara payung-payung elektrik membentang dengan indah kolam berbentuk persegi panjang yang menjadi salah satu ciri khas masjid Raya Baiturrahman ini.
Pemandangan ketika payung-payung ini merekah menjadikan masjid ini nampak seperti masjid Nabawi yang ada di Madinah, Arab Saudi. Jika Anda datang pada malam hari, masjid ini akan tampak begitu indah dan mempesona karena diantara payung-payung yang merekah tersebut dihiasi oleh warna-warni lampu yang menambah kemewahan masjid ini. Tidak hanya itu saja kubah serta menara yang ada di masjid ini juga tampak lebih kokoh dan sangat cocok dipadukan dengan lantai marmer, kolam panjang yang menjuntai serta payung-payung raksasa. Seolah ingin menjadikannya serupa dengan wilayah Saudi, di halaman masjid ini juga ditanam kurang lebih 30 pohon kurma yang semakin menambah kesan yang sangat baik pada tatanan masjid kebanggaan masyarakat Aceh ini.
Masjid ini sendiri dibangun sejak masa kejayaan Kesultanan Aceh dan masih kokoh berdiri sampai saat ini. Terdapat dua pendapat mengenai sejarah pembangunan masjid ini. Pendapat pertama menyatakan bahwa, masjid ini pertama kali dibangun pada 1292 M oleh Sultan Alauddin Johan, sedangkan pendapat kedua menyatakan bahwa, masjid ini dibangun pada 1612 M oleh Sultan Iskandar Muda. Sebagaimana pembangunan masjid pada umumnya, tujuan utama pembangunan masjid ini adalah sebagai tempat ibadah bagi umat muslim Aceh. Sebagai wilayah yang pertama kali memperoleh ajaran islam, masjid ini menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat Aceh. Di masjid ini pula aktivitas penyebaran ajaran agama islam dilakukan.
Aktivitas ibadah berjamaah dan penyebaran ajaran islam berlangsung cukup lama di masjid ini, namun karena adanya upaya penjajah yang ingin menguasai wilayah nusantara maka masjid Raya Baiturrahman turut menjadi sasaran dari amuk penjajah. Padahal pada saat itu, masjid Raya Baiturrahman bukan hanya menjadi tempat beribadah melainkan juga tempat bagi seluruh pasukan perang Kesultanan Aceh berkumpul dan menyusun strategi untuk mengusir penjajah. Namun, pada 10 April 1873, Belanda menyerang masjid Baiturrahman. Serangan ini membuat masjid agung ini hancur. Apa yang telah dilakukan oleh Belanda tersebut sontak memicu amarah masyarakat Aceh yang merasa terinjak-injak harga dirinya karena simbol keagamaan dan daerahnya dihancurkan oleh penjajah.
Sejarah mencatat bahwa beberapa tokoh pejuang daerah seperti Cut Nyak Dien, putri terbaik Aceh sangat marah dan mengutuk tindakan yang dilakukan Belanda. Dalam membangkitkan semangat rakyat Aceh untuk melakukan perlawanan, Cut Nyak Dien mengeluarkan kata-kata bernafaskan jihad fisabilillah. Hal ini sangat mempengaruhi mental rakyat Aceh yang semakin berkobar semangatnya untuk mengadakan pertempuran melawan Belanda. Akhirnya pada tahun 1873, rakyat Aceh melakukan pertempuran dengan Belanda. Pada pertempuran tersebut, Belanda kehilangan seorang panglimanya yang bernama Johan Harmen Rudolf Kohler. Sedangkan dari pihak Aceh, banyak masyarakat Aceh yang menjadi korban dari pertempuran ini.
Kemudian pada sekitar tahun 1879-1881, untuk menarik simpati dan meredakan perlawanan masyarakat Aceh , Belanda membangun kembali masjid ini. Pembangunan ulang masjid ini dilakukan berdasarkan perintah Jenderal Van Der Heijden. Dalam upaya pembangunan ulang masjid ini, Belanda meminta bantuan Bruchi untuk merancang arsitektur masjid yang kemudian mengadaptasi gaya masjid Moghul (India). Tindakan yang dilakukan Belanda ini, tidak langsung membuat masyarakat Aceh bersimpati pada Belanda. Bahkan selama beberapa waktu masyarakat Aceh enggan beribadah di masjid ini karena dibangun oleh penjajah.
Dalam perjalanannya, masjid yang berada di pusat kota Banda Aceh ini telah mengalami beberapa kali perbaikan. Perbaikan pertama dilakukan dengan membangun dua kubah di sisi kiri dan kanan bangunan utama. Pembangunan kedua kubah ini dilakukan pada tahun 1936. Kemudian, pasca kemerdekaan, masjid ini juga mengalami perbaikan, yakni dengan menambah dua kubah lagi di sisi kiri dan kanan serta dia menara di sisi barat (mihrab). Kelima kubah yang ada ini melambangkan lima elemen dalam Pancasila.
Selanjutnya, upaya untuk menjadikan masjid Raya Baiturrahman sebagai simbol kebanggaan masyarakat Aceh, pemerintah berupaya memperluas area masjid dan memperindah arsitektur masjid. Tercatat pada tahun 1992, dilakukan perluasan area masjid menjadi sekitar 16.070 meter persegi, yang kemudian disusul dengan pembangunan dua kubah dan lima menara. Pembangunan ini semakin menjadikan masjid Raya Baiturrahman tampak kokoh sekaligus indah. Setelah melewati era penjajahan hingga pasca penjajahan, masjid ini seolah menjadi saksi jatuh bangunnya masyarakat Aceh dalam mempertahankan masjid ini. Masjid ini pun telah kembali pada fungsi awalnya, yakni sebagai pusat keagamaan masyarakat Aceh, Namun pada tahun 2004, masjid ini seolah perlu menjadi saksi bisu kembali atas apa yang dialami masyarakat Aceh.
Pada saat itu, Aceh mengalami gempa dan tsunami dengan kekuatan yang cukup besar. Peristiwa ini tidak hanya merenggut banyak korban jiwa, melainkan juga menghancurkan banyak bangunan. Masjid Raya Baiturrahman termasuk bangunan yang terkena dampak dari bencana alam tersebut. Namun, masjid ini tetap mampu berdiri kokoh karena tidak terlalu mengalami kerusakan yang parah, sebagaimana yang terjadi pada bangunan di sekitarnya. Pada peristiwa tsunami Desember 2004 tersebut, masjid Raya Baiturrahman menjadi salah satu tempat evakuasi para korban, baik korban yang selamat maupun meninggal dunia.
Peristiwa tsunami yang terhitung cukup besar tersebut menyita perhatian berbagai pihak. Selain perhatian serta bantuan yang diberikan pada korban selamat, bantuan juga ditujukkan bagi upaya renovasi masjid Raya Baiturrahman. Renovasi ini diperkirakan memakan biaya yang cukup besar, hingga dapat menjadikan Masjid Raya Baiturrahman ini terlihat sangat cantik. Tampaknya pemerintah daerah ingin menjadikan masjid Raya Baiturrahman ini bukan hanya salah satu bangunan bersejarah melainkan juga ingin menjadikannya sebagai pusat kegiatan masyarakat Aceh, sehingga masjid ini dibangun dengan sangat indah namun tetap tidak menanggalkan kekhasan dari kebudayaan Aceh.
3. Destinasi Wisata di Sekitar Masijd Raya Baiturrahman
Setelah Anda puas menyusuri dan menikmati setiap sudut masjid bersejarah ini, Anda dapat mengunjungi berbagai destinasi wisata lainnya yang berjarak cukup dekat dengan Masjid Raya Baiturrahman ini.
- Museum Negeri Aceh, di Jalan Sultan Alaidin Mahmud Syah 12
- Museum Tsunami Aceh, di Jalan Sultan Iskandar Muda No. 3 Blang Padang
- Makam Sultan Iskandar Muda
- Museum Pesawat Dakota DC-3RI-001
- Taman Sari Gunongan, di Jalan Teuku Umur, Baiturrahman
- Kuburan Massal Siron, di Jalan Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh
- Kapal Tsunami di Jalan Punge Jurong
- Kapal Lampulo
- Pelabuhan Ulee Lheeue
- Pusaka souvenir
4. Wisata Kuliner di Sekitar Masjid Raya Baiturrahman
Bagi Anda yang telah melaksanakan ibadah sholat atau berkunjung di masjid Raya Baiturrahman, Anda tidak perlu khawatir apabila ingin melanjutkan kegiatan Anda dengan melakukan wisata kuliner. Karena akan banyak ditemui rumah makan di sekitar area masjid yang menyajikkan beragam menu makanan dan minuman khas tanah rancong ini. Beberapa contoh restaurant yang ada di area masjid Raya Baiturrahman adalah Mie Razali, Rex Peunayong, Rumah Makan Asia, Warung Sate Yakin Rasa, Nasi Goreng Daus Khas Aceh dan masih banyak lagi.
Namun, jika Anda ingin menikmati wisata kuliner yang unik ketika bearada di Banda Aceh, Anda hanya perlu menuju lapangan Blang padang yang lokasinya tidak jauh dari masjid Raya Baiturrahman. Apabila pagi dan siang hari lapangan ini tidak terlalu ramai dikunjungi warga. Maka, apabila malam hari lapangan ini sangat ramai dikunjungi. Karena areanya disulap dengan sangat menawan khusus bagi para pelancong yang ingin menikmati wisata kuliner khas Aceh dengan harga miring. Selain makanan khas Aceh seperti kopi Aceh dan mie Aceh, banyak makanan dari derah lain yang dijual disini, seperti somay, bakso dan masih banyak lagi.
5. Penginapan di Sekitar Masjid Raya Baiturrahman
Setelah lelah menjelajahi masjid Raya Baiturrahman dan destinasi wisata Banda Aceh lainnya, Anda dapat bermalam di berbagai penginapan yang ada di sekitar area masjid Baiturrahman. Karena masjid Raya Baiturrahman telah menjadi ikon bagi kota Banda Aceh beserta destinasi wisata lainnya, maka semakjn banyak fasilitas yang diadakan untuk memudahkan wisatawan selama berkunjung ke Banda Aceh, termasuk penginapan.
Berjarak sekitar 2-3 km dari masjid Raya Baiturrahman, beberapa hotel yang dapat menjadi referensi penginapan Anda diantaranya: Hotel Mekkah yang berjarak sekitar 2,73 km dari masjid; Hip Hop Hotel yang berjarak 0,30 km dari masjid; Grand Nanggroe Hotel, Arabia Hotel dan masih banyak lagi. Selain beberapa hotel tersebut, terdapat juga beberapa penginapan yang tidak terlalu mahal tarifnya, seperti: Wisma Syafari, Crystal Guesthouse, Wisma PMI, De’ Mawar Inn, Home Sweet Home Aceh dan masih banyak lagi yang keseluruhannya memiliki tarif kurang dari Rp 300.000 per malamnya.
6. Catatan Bagi Wisatawan
Beberapa hal perlu Anda perhatikan ketika berkunjung ke Area Masjid Raya Baiturrahman adalah
- Jika Anda hendak memasuki masjid Raya Baiturrahman hendaklah Anda berpakaian yang sopan, bagi laki-laki disarankan menggunakan celana panjang dan bagi perempuan disarankan menggunakan kerudung atau penutup kepala (bagi non-muslim).
- Bagi pasangan suami-istri disarankan membawa buku nikah, untuk berjaga-jaga karena di Aceh tidak jarang mengadakan razia untuk menghindari perzinaan.
- Fasilitas yang ada di masjid Raya Baiturrahman tergolong cukup baik dan nyaman, seperti luasnya lahan parkir, kebersihan toilet, kebersihan bagian dalam masjid. Maka, dihimbau agar Anda dapat menjaga seluruh fasilitas yang ada dengan baik.