Wisata Kuliner Unik: Sejarah Kopi Joss Khas Yogyakarta, Si Kopi Arang
Friday, January 1, 2016
Edit
Wisata Indonesia. Pernah berkunjung ke Jogja? kalau pernah, berarti anda sudah mengenal salah satu kuliner khas yang hanya di temukan di Yogyakarta, apalagi kalau bukan Kopi Jos. Pada saranya kopi memang sudah memiliki warna hitam ditambah arang yang hitam, kopi anda akan menjadi semakin pekat. Wisata di Yogyakarta.
Berjalan di emperan di sepanjang jalan Malioboro dan juga stasiun Tugu, anda akan menemukan banyak warung yang menajahkan penganan khas Jogja dan akringan. Warung yang buka mulai magrib dan akan tutup menjelang pagi tidak pernah sepi dari pengunjung meskipun hari kerja atau hari padat. Diantara seluruh jajanan, ada satu ciri khas yang jika anda perma kali datang ke Jogja, saya yakin anda akan heran dengan mata terbelalak melihat Kopi Jos.
Seperti namanya, Kata Jos bukan berarti segar, akan tetapi meniru bunyi arang yang membara yang masuk ke dalam air. Yah arang yang mebara berwarna merah dari tungku yang dibakar kemudian dimasukkan ke dalam kopi sehingga menghasilkan bunyi mendesis dan sedikit letupan dari kopi. Selanjutnya kopi dihidangkan kepada anda bersama dengan arangnya.
Jangan khawatir, pedagang tersebut tidak berniat meracuni anda sama sekali, buktinya ada banyak orang yang datang berkunjung untuk menikmati secankir kopi arang dalam makna sebenarnya. Kopi ini sebearnya tidak lain adalah kopi hilang yang konong dicampur dengn arang dari kayu spesial yang dapat mengobati beberapa macam penyakit. Kopi anda dapat dinikmati dengan harga sekita 3.000 sampai dengan 8.000 rupiah, murah bukan?
Sejarah Kopi Jos
Lek Man adalah salah satu nama Angkringan yang sudah sejak lama menjajahkan Kopi Joss di Yogyakarta. Lek An bisa dikategorikan ek dalam Angkringan Legendaris di Stasiun Tugu dengan para pelanggan yang juga sepuh yang bekerja di daerah sekitar tugu.
Pada awal tahun 1980, banyak dari pelanggan Lek Man yang berasal dari Jawa Timur memasang Kopi Kothok, yakni kopi yang direbus dengan kopi dan gula secara bersamaan sampai mendidih, bukan diseduh dengan cara disiram air panas. Kopi yang digunakan pun adalah biji kopi yang direbus, masyarakat setempat menyebutnya di-kothok atau di rebus.
Seiring dengan banyaknya, pelanggan Lek Man, angkringan keawalahan melayani pembuatan kopi Kothok yang tentu saja memakan waktu lama, akhirnya Lek Man, mencampurkan arang yang membara ke dalam kopi. Sejak saat itu kemudian ada satu dua orang yang memesang kopi Lek Man dengan arang yang yang menyala di atasnya dan sampai hari ini ternyata penggemar Kopi Joss sudah tidak terhitung jumlahnya. saai ini pun jumlahnya sudah tidak dapat dihitung dengan jari dan bahkan bisa ditemukan di tempat lain di Indoensia, meskipun tempat tersebut tidak akan seramai dengan Kopi Jos di stasiun Tugu Jogja.